Saturday, March 12, 2016

Rejeki adalah Janji Allah SWT



Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Beberapa hari ini pikiran saya bergelut dengan kata "bersyukur". Banyak quote-quote, dan status teman-teman yang selalu dengan kata bersyukurnya. Apa sih makna sesungguhnya dari kata bersyukur? salah satu persepsinya saya dapat dari teman-teman saya.

Banyak orang menganggap bahwa rejeki adalah sesuatu yang membahagiakan, mengenakkan dan memuaskan, dan dengan lapang kita berucap alhamdulillah. Banyak orang menganggap bahwa kesusahan adalah musibah, ada yang menganggap bahwa kesusahan adalah nasib atau takdir.

Sampai pada hari rabu sore pulang kerja, saya nongkrong dengan teman saya. Ada statement teman saya yang membuat saya speechless. Dia berkata "ya gitu kebanyakan orang mas, mereka sulit membedakan antara ujian dan nasib. Pengangguran dibilang nasib, gak bisa masuk BUMN dibilang nasib, miskin dibilang

  nasib, padahal kalo kita berserah diri sama Allah, sebenernya kita bisa paham bahwa itu semua adalah ujian. Ujian agar kita dinaikkan derajatnya entah di dunia atau di akhirat". Subhanallah, sungguh pemikiran yang sangat dewasa dari orang yang lebih mudah 5 tahun dari saya :)

Benar sekali, justru ujian-ujian itulah yang membuat kita lebih bijaksana, lebih bersyukur, lebih sabar dan yang tidak kalah pentingnya lebih bertawakal. Kita diwajibkan berusaha sekuat tenaga dan sisanya Allah yang menghendaki, Allah-lah yang lebih tau mana yang lebih baik buat kita.

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui“ (Q.S. Al-Baqarah:216)

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6). Di ayat ini, sampai 2x Allah berfirman bahwa bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, ini adalah janji Allah, sungguh kesalahan yang berganda jika kita mendustai firman ini dan malah berbelok pada kemaksiatan. Ada salah seorang teman saya yang banyak halangan untuk bisa menjadi sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak, sampai akhirnya dia mencari harta dengan jalan yang haram. Dia berkata "Gimana lagi mas, emang saya dikasih jalan kayak gini, saya gak bisa seperti kalian". Dan saya langsung teringat dengan ayat ini :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar-Ra’d:11)

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya” (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3). Ayat ini memperkuat statement teman saya bahwa setiap musibah, kesusahan, dan kesulitan akan ada jalan keluar bagi orang yang mau berusaha dan berserah diri pada Allah SWT.

Banyak orang yang lupa bahwa harta benda material sebenarnya bukan lah milik kita, Bahkan semua yang ada di dunia dan akhirat sekalipun bukan lah milik kita. Iya, kita hanya diberikan hak pakai, bukan hak milik. Segala sesuatunya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT, dengan source yang ada disekitar kita, dengan segala sesuatu yang diamanatkan ke kita, kita gunakan untuk apa.

Pagi tadi saya dapet kiriman dari group whatsapp yang bunyinya "rejeki bukan lah yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya." Mungkin saya yang bloon, karena almarhum papa saya selalu berkali-kali bilang bahwa rejeki yang kita miliki adalah sesuatu yang kita nikmati sehari-hari. Dan baru ini saya bener-bener paham makna kata-kata itu. yaitu besyukur, apa yang kita syukuri itu adalah rejeki kita. Mungkin prinsip ini adalah satu faktor kesuksesan beliau dalam keluarga, bisnis dan amalnya selama di dunia. Sungguh keliru bila berkeyakinan rejeki dimaknai dari hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedang rejeki itu urusan-Nya. Ya Allah, hati saya terenyuh dengan statement ini.

So, marilah kita bersama-sama memperbaiki nawaitu kita dalam bekerja, bekerja dengan niat beribadah disertai dengan tawakal dan bersyukur.. :)

No comments:

Post a Comment